KECERDASAN LINGUISTIK
Kecerdasan Linguistik Verbal
KECERDASAN LINGUISTIK VERBAL PADA ANAK USIA DINI
Kecerdasan
linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,
baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan
terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata
yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam
mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi
proses
pendidikan verbal merupakan proses sulit untuk dilatih, maka proses ini
hendaknya dilakukan sejak anak pada usia egresifnya pada usia
kanak-kanak, terkadang orang tua takun ketika anaknya sedang mengalami
kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang ia mau,
akhirnya progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena
ketakutan dari orang tuannya.
Kecerdasan Linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa dan dalam halpenggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dannarasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal,tempat dan nama.Selain itu, ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan cirri khas pada kecerdasan ini yaitu :
1. mampu menuliskan pengalaman kesehariannya
2. pendapatnya.secara lebih baik dibandingkan anak seusianya,
3. memiliki kosa kata yang banyak dibandingkan anak seusianya dan menggunakannya dengan tepat,
4. banyak membaca (buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak memberikan pendapat, masukan, kritikan, pada orang lain,
5. mengeja kata asing danbaru dengan tepat,
6. suka mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan (cerita, ulasanradio, buku bersuara), menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yangsukar diucapkan
7. dan suka bercerita panjang lebar atau mampu menceritakanlelucon dan kisah-kisah.
Pernahkah anda terpesona dengan seseorang ketika dia berpidato ataumenjelaskan sesuatu? Ini merupakan kelebihan orang yang memiliki kecerdasanlinguistic-verbal.
Mereka sangat terampil bermain kata-kata. Orang-orang yangmemiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan
jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata
seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal
ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat,
berdiskusi,melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai
aktivitas lain yangterkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan padaprofesi
pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru. Orang-orang
yangmemiliki kecerdasan ini diantaranya yaitu John F Kennedy, Bung Karno
(PresidenRI ke-1), Kak Seto, dan lainnya
Kecerdasan
logika berpikir seorang anak dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa
yang ia miliki. Anak yang mampu berbicara/berbahasa dengan baik dan juga
lancar, memungkinkan logika berpikirnya akan bagus.
Dalam kebiasaan sehari-hari, anak-anak cenderung sering menggunakan
kata yang “acak-acakan”. Seperti mencampur Bahasa Indonesia dengan
Bahasa Daerah mereka, oleh karenanya seorang anak sering salah dalam
menggunakan kata.
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal seorang anak, kita dapat menempuh cara berikut :
- sering mengajak anak bercakap-cakap
- sering membacakan cerita/dongeng
- sering mengajarkan nyanyian/lagu
Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, tapi juga
memiliki kemampuan dalam mengolah bahasa. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu untuk mendorong
logika berpikir seorang anak.
Tidak semua cerdas dan siap dalam berbahasa. Suatu contoh, jika seorang
anak belum siap menerima multi bahasa, maka Anda jangan memberikannya
dulu. Bila dilakukan pemaksaan untuk menjejali anak dengan beragam
bahasa, tidak dipungkiri jika anak akan mengalami kebingungan bahasa
atau bahkan mungkin strees.
Perlu diingat! Stimulus dari lingkungan sangatlah berpengaruh besar
pada kemampuan otak anak yang pada akhirnya, akan mempengaruhi
keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Kurangnya
ajakan komunikasi dari kecil akan berdampak pada kurangnya kemampuan
berbahasa seorang anak yang membuat anak cenderung jadi pendiam.
Sementara itu Gardner, dkk (Dryden & Vos, 2001:342) mendeskripsikan
ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistik sebagai berikut:
sensitif terhadap pola, teratur, sistematis, mampu berargumentasi, suka
mendengarkan, suka membaca, suka menulis, mengeja dengan mudah, suka
bermain kata, memiliki ingatan yang tajam tentang hal-hal sepele,
pembicara publik dan tukang debat yang andal.
Ada beberapa model pendidikan kecerdasan linguistik-verbal yang bisa dikembang-kan melalui pembelajaran sastra. Model yang dimaksud adalah
Ada beberapa model pendidikan kecerdasan linguistik-verbal yang bisa dikembang-kan melalui pembelajaran sastra. Model yang dimaksud adalah
menceritakan kisah,
a) berdebat,
b) berdiskusi,
c) menafsirkan,
d) menyampaikan laporan,
e) berbicara dan menulis tentang karya sastra.
Berikut ini diberikan sebagian contohpembelajarannya.
1. Menceritakan Kisah
1. Menceritakan Kisah
(a) Pengertian
Model Menceritakan Kisah adalah model pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra dengan cara menceritakan kembali kisah yang terdapat dalam karya sastra yang telah dibaca atau didengar siswa. Karena menitikberatkan pada penceritaan kisah, maka karya sastra yang didengar atau dibaca siswa adalah karya satra yang berisi kisah, misalnya dongeng, sandiwara, novel, drama, atau puisi balada.
Model Menceritakan Kisah adalah model pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra dengan cara menceritakan kembali kisah yang terdapat dalam karya sastra yang telah dibaca atau didengar siswa. Karena menitikberatkan pada penceritaan kisah, maka karya sastra yang didengar atau dibaca siswa adalah karya satra yang berisi kisah, misalnya dongeng, sandiwara, novel, drama, atau puisi balada.
(b) Langkah
a) Siswa diminta untuk mendengarkan atau membaca karya sastra yang telah disiapkan guru.
b) Siswa mencatat pokok-pokok kisah yang didengar atau dibaca.
c) Siswa menceritakan kembali kisah yang telah diengar atau dibacanya, baik secara lisan maupun tulis.
(c) Hal yang perlu diperhatikan
a) Karya sastra yang didengar atau dibaca siswa hendaknya sesuai dengan perkembangan siswa, baik dari segi isi maupun bahasanya.
b) Waktu
yang disediakan hendaknya sesuai dengan jenis kaya sastra yang akan
diceritakan kembali, khususnya ketebalan karya sastra yang dibaca
dan/atau durasi karya sastra yang didengar.
(d) Contoh
a) Bacalah cerpen ”Kisah Ronggo” karya Lidya Katika Dewi berikut ini!
b) Catatlah pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerpen yang baru saja kamu baca!
c) Ceritakan
kembali secara tertulis kisah yang terdapat dalam cerpen tersebut
sambil memperhatikan pokok-pokok cerita yang telah kamu catat!
(e) Variasi
a) Guru juga bisa membacakan dongeng kepada siswa.
b) Sambil mendengarkan dongeng yang dibacakan guru, siswa mencatat pokok-pokok ceritanya.
c) Dongeng yang dibacakan guru tidak terlalu panjang, tetapi tetap mencerminkan keutuhan cerita.
2. Berdebat
(a) Pengertian
Model Berdebat adalah model pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra dengan cara mempertahankan pendapat atas peristiwa, perilaku, atau fenomena lain yang terdapat dalam karya sastra yang dibaca atau didengarnya. Demi kelancaran pelaksanaan model ini, karya sastra yang dipilih hendaknya karya sastra yang isinya bisa memicu perbedaan pendapat bagi sebagian besar siswa sehingga tujuan berdebat bisa tercapai.
(a) Pengertian
Model Berdebat adalah model pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra dengan cara mempertahankan pendapat atas peristiwa, perilaku, atau fenomena lain yang terdapat dalam karya sastra yang dibaca atau didengarnya. Demi kelancaran pelaksanaan model ini, karya sastra yang dipilih hendaknya karya sastra yang isinya bisa memicu perbedaan pendapat bagi sebagian besar siswa sehingga tujuan berdebat bisa tercapai.
(b) Langkah
a) Kelas
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pro dan kelompok kontra.
Kelompok pro menyetujui sikap, perilaku, dan pendapat tokoh utama.
Kelompok kontra menolak sikap, perilaku, dan pendapat tokoh utama.
b) Siswa diminta untuk membaca karya sastra yang telah disiapkan
c) Setiap kelompok diminta untuk mempertahankan pendapatnya dengan cara menunjukkan berbagai alasan yang mendukung pendapatnya.
(c) Hal yang perlu diperhatikan
a) Pendapat
setiap kelompok (baik kelompok pro maupun kelompok kontra) hendaknya
dirumuskan dengan jelas oleh guru sehingga memudahkan siswa (kelompok)
dalam pencarian alasan yang terdapat dalam karya sastra yang dibaca atau
didengarnya.
b) Waktu
yang disediakan untuk berdebat hendaknya cukup sehingga masing-masing
kelompok (baik yang pro maupun yang kontra) bisa memberikan
argumentasinya secara tuntas.
(d) Contoh
a) Bacalah cerpen “Eligi” karya Bengkel Imaji Malang di bawah ini.
b) Catatlah sikap, tindakan, dan pendapat tokoh utamanya!
c) Bagi
kelompok pro, carilah alasan mengapa Anda setuju atau sependapat
terhadap sikap, tindakan, dan pendapat tokoh utama! Sebaliknya, bagi
kelompok kontra, carilah alasana mengapa Anda menolak atau tidak
sependapat terhadap sikap, tindakan, dan pendapa tokolh utama!
d) Setelah itu, mulailah berdebat tentang sikap, tindakan, dan pendapat tokoh utama pada cerpen “Eligi”, yang dipandu noleh guru.
(e) Variasi
a) Guru juga bisa membacakan cerita kisah kepada siswa.
b) Sambil
mendengarkan kisah yang dibacakan guru, siswa mencatat pokok-pokok
ceritanya, terutama sikap, tindakan, dan pendapat tokoh utama.
c) Cerita kisah yang dibacakan guru tidak terlalu panjang, tetapi tetap mencerminkan keutuhan cerita.
d) Guru menyuruh siswa (kelompok pro maupun kontra) untuk memberikan alasan masing-masing.
e) Setelah itu, dilanjutkan dengan berdebat antara kelompok pro dan kontra yang dipandu guru.
KOMPONEN KECERDASAN LINGUISTIK
Komponen
kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi (mengutak atik dan
menguasai) tata bahasa, sistem bunyi bahasa (fonologi), sistem makna
bahasa (semantik), penggunaan bahasa dan aturan pemakaiannya
(pragmatik).
Kecerdasan
linguistik verbal mencakup juga kemampuan ketrampilan bahasa, meliputi
kemampuan menyimak (mendengarkan secara cermat dan kritis) informasi
lisan, kemampuan membaca secara efektif, kemampuan berbicara, dan
kemampuan menulis. Individu yang cepat menangkap informasi lisan dan
tertulis dapat di katakan secara linguistik walaupun mungkin tidak
begitu pandai berbicara atau menulis.
INDIKATOR KECERDASAN LINGUISTIK VERBAL
Kecerdasan
linguistik-verbal memiliki beberapa indikator atau ciri-ciri khusus
dari kecerdasan. Kecerdasan ini di tunjukkan dalam kepekaan bunyi,
struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Individu yang memiliki
kecerdasan ini cenderung menunjukkan hal-hal berikut:
1. Senang dan efektif berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis
2. Senang dan baik dalam mengarang cerita
3. Senang berdiskusi dan mengikuti debat suatu masalah
4. Senang dan efektif belajar bahasa asing
5. Senaang
bermain game bahasa. Mereka menikmati permainan bunyi, peka terhadap
kelucuan yang muncul akibat pertukaran bunyi, dan peka terhadap
kata-kata
6. Senang membaca dan mampu mencapai pemahaman tinggi. Mereka mampu menangkap makna di balik kata-kata
7. Mudah mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
8. Tidak mudah salah tulis atau salah eja
9. Pandai
membuat lelucon. Mereka pandai membuat plecetan, mengaitkan fakta
serius dengan fakta yang mirip, tetapi jelas-jelas tak berkaitan dan
menimbulkan kelucuan
10. Pandai membuat puisi
11. Tepat dalam tata bahasa. Mereka peka terhadap struktur, jarang salah susun kata.
12. Kaya kosa kata. Mereka mampu berbicara dengan banyak kosa kata dan mendeskripsikan secara lebih jelas
13. Menulis secara jelas. Mereka mampu membayangkan apakah pembacanya mampu memahami apa yang di tulisnya
INDIKATOR KECERDASAN LINGUISTIK-VERBAL ANAK USIA DINI
Pada anak-anak, kecerdasan linguistik muncul dari berbagai bentuk dan aktivitas berikut:
1. Anak senang berkomunikasi denganorang lain, baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa usia 2-6 tahun
2. Anak senang bercerita panjang lebar tentang pengalaman sehari-hari, apa yang di lihat dan di ketahui (3-6 tahun)
3. Anak
mudah mengingat nama teman dan keluarga (usia 2-6 tahun), tempat atau
hal-hal sepele yang pernah di dengar atau di ketahui, termasuk iklan
(usia 3-6 tahun)
4. Anak
suka membawa-bawa buku dan pura-pura membaca (2-4 tahun), suka buku dan
cepat mengeja melebihi anak-anak seusianya (4-6 tahun)
5. Anak mudah mengucapkan kata-kata, menyukai permainan kata-kata, suka melucu (usia 3-6 tahun)
6. Anak
suka dan memperhatikan cerita atau pembacaan cerita dari pendidik (usia
2-6 tahun) dan dapat menceritakan kembali dengan baik (usia 4-6 tahun)
7. Anak melebihi banyak kosa kata dari pada anak-anak seusianya yang di tunjukkan saat anak berbicara (usia 3-6 tahun)
8. Anaksuka
meniru tulisan di sekitarnya dan menujukkan pencapaian atas anak-anak
sebayanya; mampu membuat pengulangan linear (usia 4-6 tahun), huruf acak
usia 3-6 tahun, dan menulis dengan ejaan bunyi atau fonetik (TK A) dan
menulis dengan ejaan sebagian sudah benar (TK B)
9. Anak suka membaca tulisan pada label makanan-elektronik, papan nama toko-rumah, judul buku, dan sejenisnya.
10. Anak menikmati permainan linguistik, seperti tebak-tebakkan,acak huruf,dan mengisi kata pada potongan cerita
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Kecerdasan
linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,
baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan
terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata
yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam
mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
Komponen inti kecerdasan linguistik verbal, meliputi kemempuan
memanipulasi tata bahasa, fonologi, semantik, dan pragmatik. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal seorang anak, kita dapat menempuh cara berikut :
- sering mengajak anak bercakap-cakap
- sering membacakan cerita/dongeng
- sering mengajarkan nyanyian/lagu
Ada
beberapa model pendidikan kecerdasan linguistik-verbal yang bisa
dikembang-kan melalui pembelajaran sastra. Model yang dimaksud adalah
menceritakan kisah,
a) berdebat,
b) berdiskusi,
c) menafsirkan,
d) menyampaikan laporan,
e) berbicara dan menulis tentang karya sastra.
Daftar Pustaka
7) Armstrong, Thomas. (1993). 7 Kinds of Smart: Identifying and Development Your Intellegences. New York: Penguin Group
8) Armstrong,
Thomas. (1996). Multiple Intellegancas in The Classroom. Virginia:
Assosiation for Supervision and Currikulum Development
9) Gardner, Howard. (1993). Multiple Intellegences: The Theory in Practice A Reader. New York: Basic Books
10) Athkison, Rita L, et.al. (1997). Pengantar Psikologi. Terjemahan Wijaya Kusuma. Jakarta: Interaksa
Comments
Post a Comment